Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan petunjuk kepada cahaya iman, dien yang lurus yaitu agama Islam melalui hamba pilihan-Nya Muhammad saw. Dan yang telah meneguhkan hati para hambanya yang teguh dalam memegang akidah yang lurus. Selawat dan salam teriring kepada teladan kita Rasulullah Muhammad saw, Nabi yang terakhir, juga kepada para keluarga dan para sahabatnya serta kaum muslimin/muslimat yang teguh mengikuti ajaran dan akidahnya sampai akhir jaman, amin.
Urgensi tauhid dalam kehidupan muslim sangat besar pengaruhnya, sebagai dasar utama yang dibangun di atasnya seluruh ajaran Islam.
Periode dakwah yang dilakukan Rasulullah saw. di Makkah menegaskan betapa tauhid sangat urgen pengaruhnya. Ayat-ayat Alquran yang diturunkan Allah pada fase itu fokus utamanya berbicara tentang tauhid.
Generasi sahabat, mereka yang dibina Rasulullah saw. adalah manusia-manusia yang bertauhid, yang tidak dijumpai di permukaan bumi ini sebelum dan sesudahnya.
Tauhid mampu merubah manusia menjadi manusia yang perilakunya sesuai dengan keinginan Allah SWT. Mungkinkah kita menjadi orang yang bertauhid seperti yang diinginkan? Dengan berdoa dan memohon taufik dari-Nya Insya Allah kita bisa mencapai ke arah itu minimal pemahaman tauhid kita tidak melenceng dari rambu-rambu yang ditetapkan Allah.
Semua itu memerlukan pemahaman yang benar akan tauhid dari sumbernya yang autentik yaitu Alquran dan Sunah serta kitab-kitab tauhid yang diakui keabsahannya oleh ulama-ulama Islam dahulu dan sekarang.
Untuk mendapatkan pemahaman yang benar dari sumber ilmu yang autentik, maka perlu merujuk kepada pehamaman generasi teladan umat yaitu generasi salaf. Kelurusan dan keteladanannya dalam beragama dan beraqidah tidak diragukan lagi karena mereka mewarisi apa yang telah diajarkan Rasulullah saw.
Allah SWT telah memberikan penilaian terhadap generasi tersebut akan keteladanan dan keutamaannya dari umat-umat atau generasi-generasi lainnya. Allah SWT telah berfirman,
"Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf (baik)dan mencegah kepada yang mungkar (jahat) dan beriman kepada Allah." (Ali Imran: 110).
Demikian juga sabda Rasulullah saw,
"Sebaik-baik generasi ialah generasiku (generasi yang sejaman dengan Rasulullah saw yang dalam hal ini adalah sahabat ra), kemudian generasi sesudah mereka (generasi yang belajar Islam dari sahabat Nabi, dalam hal ini disebut generasi tabi'in), kemudian generasi yang sesudah mereka (generasi yang belajar Islam dari tabi'in, dalam hal ini disebut generasi tabi'it tabi'in) kemudian setelah itu datang pula kaum-kaum yang persaksiannya mendahului sumpahnya (yakni sudah banyak orang yang tidak bisa dipercaya sehingga memberi persakssian dan sumpah tanpa diminta dan persaksian serta sumpahnya itu palsu)." (HR Bukhari).
Jadi generasi umat yang dapat dijadikan suri tauladan adalah tiga generasi semenjak generasi Rasulullah saw sampai generasi tabi'it tabiin, yaitu:
Banyak sekali sumber-sumber rujukan ilmu agama yang telah diwariskan oleh generasi kaum salaf. Dan juga generasi sesudahnya yang mengikuti jejaknya yang lurus dan dapat dipercaya.
Akan tetapi di antara pemahaman yang lurus itu telah muncul pula pemahaman yang menyimpang yang menyebabkan umat Islam ini berpecah-pecah atau bergolong-golongan. Masing-masing dari golongan yang telah menyimpang itu juga mengklaim bahwa golongan sendirilah yang pemahamannya benar sedangkan yang lain salah. Maka benarlah apa yang telah disabdakan oleh Rasulullah saw,
"Umatku akan terpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Semuanya masuk neraka kecuali satu golongan." Ditanyakan kepada beliau: "Siapakah mereka, wahai Rasul Allah?" Beliau menjawab: "Orang-orang yang mengikutiku dan para sahabatku." (HR Abu Dawud, Tirmizi, Ibnu Majah, Ahmad, Darami, dan -Hakim).
Dengan memahami persoalan tersebut di atas, maka kita sadar bahwa setiap Muslim perlu mencari dan mendapatkan pemahaman agama yang banar dan lurus yang tidak dibelokkan oleh kaum yang bodoh dan menuruti hawa nafsunya serta kepentingan kelompoknya. Hanya atas petunjuk dan pertolongan Allah sajalah kita dapat mengikuti jejak Rasulullah saw di dalam beribadah kepada-Nya.
Maka dengan mengharap pertolongan, petunjuk, taufik dan hidayah-Nya di dalam rubrik ini kami berusaha menyajikan kepada pemahaman yang lurus sesuai dengan pemahaman salafussalih dari umat ini.
I. MUKADIMAH TAUHID
A. Tauhid Merupakan Dakwah Semua Rasul
Bahwa semua rasul yang diutus kepada umat manusia mempunyai kesamaan tujuan adalah sebuah aksioma yang mesti diketahui setiap Muslim. Hal itu dijelaskan dengan rinci oleh Allah SWT dalam firmannya di beberapa tempat dalam Alquran.
Firman Allah tentang rasul pertama, Nuh as,
"Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu ia berkat: 'Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selan-Nya. Sesungguhnya kalau kamu tidak menyembah Allah aku takut kamu akan di timpa azab hari yang besar (kiamat)." (Al-A'raf: 59)
Firman Allah menjelaskan tentang perkataan Hud as kepada kaumnya,
"Dan Kami telah mengutus kepada 'Ad saudara mereka Hud, ia berkata: 'Hai kaumku sembahlah Allah sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepadanya." (Al-A'raf: 65)
Firman Allah tentang perkataan Saleh as kepada kaumnya,
"Dan Kami telah mengutus kepada kaum Tsamud saudara mereka, Saleh. Ia berkata: 'Hai kaumku sembahlah Allah sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selan-Nya." (Al-A'raf: 73)
Firman Allah tentang perkataan Su'aib kepada kaumnya,
"Dan Kami telah mengutus kepada penduduk Madyan saudara mereka, Su'aib. Ia berkata, 'Hai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya." (Al-A'raf: 85)
Penjelasan Allah tentang diutusnya setiap rasul
"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): 'Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu." (An-Nahl: 36)
Penjelasan Allah tentang rasul-rasul sebelum Muhammad
"Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelum kamu, melainkan kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang Haq) melainkan Aku, maka sembahlah oleh mu sekalian akan Aku." (Al-Anbiya: 25)
Penegasan Rasulullah saw tentang tauhid
"Saya diperintahkan untuk memerangi manusia, sehingga mereka bersaksi bahwa tiada Tuhan yang Haq disembah selain Allah SWT dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah." (HR Bukhrai, Muslim).
Dari uraian di atas maka kewajiban seorang Muslim yang pertama dan utama adalah menauhidkan Allah SWT dan bersaksi bahwa Nabi Muhammad saw adalah utusannya, dengan menunaikan kewajiban-kewajiban yang dicakup oleh kalimat sahadatain itu.
Tauhid terbagi menjadi tiga macam:
Firman Allah:
"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukan iman mereka dengan kezaliman (sirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk." (Al-Anfal: 82)
Abdullah ra ia berkata, "Ketika ayat ini turun kami berkata kepada Rasulullah saw, 'Wahai Rasulullah, siapakah di antara kami yang tidak menzalimi dirinya?' Beliau bersabda, 'Bukanlah maksudnya seperti yang kalian katakan (firman Allah: 'Yang tidak mencampuradukan iman mereka') maksudnya adalah syirik, tidakkah kalian mendengar perkataan Lukman kepada anaknya: 'Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar." (HR Bukhari, Muslim)
Dari Ubadah bin Shamit ra ia berkata Rasulullah saw bersabda, "Barang siapa bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah tiada sekutu baginya dan Muhammad adalah hamba dan Rasulnya, dan bahwa Isa as adalah hamba Allah dan Rasulnya, ia adalah kalimat-Nya yang dianugerahkan kepada Maryam sebagai ruh dari-Nya, dan bersaksi bahwa surga dan neraka adalah kebenaran yang haq, maka Allah akan memasukkannya kedalam surga dengan amalan apapun yang pernah ia kerjakan." (HR Bukhari, Muslim)
Hadits Itban ra meriwayatkan bahwa Allah mengharamkan neraka terhadap orang yang berkata, "Tiada Tuhan selain Allah dengan tujuan ikhlas karena Allah." (HR Bukari, Muslim)
Hadis-hadis di atas juga yang semisal dengannya menjelaskan keutamaan kalimat tauhid, tidaklah hanya sebatas ucapan yang dilafalkan mulut semata, namun ia memerlukan konsekwensi dari orang yang mengucapkannya. Karena tidaklah kaum Musrikin Quraisy dahulu tidak bisa melafalkannya tetapi mereka mengetahui konsekwensi jika mereka mengucapkan kalimat itu, tentunya hidahyah dan taufik Allah juga tidak masuk kepada mereka. Wallahualam
Urgensi tauhid dalam kehidupan muslim sangat besar pengaruhnya, sebagai dasar utama yang dibangun di atasnya seluruh ajaran Islam.
Periode dakwah yang dilakukan Rasulullah saw. di Makkah menegaskan betapa tauhid sangat urgen pengaruhnya. Ayat-ayat Alquran yang diturunkan Allah pada fase itu fokus utamanya berbicara tentang tauhid.
Generasi sahabat, mereka yang dibina Rasulullah saw. adalah manusia-manusia yang bertauhid, yang tidak dijumpai di permukaan bumi ini sebelum dan sesudahnya.
Tauhid mampu merubah manusia menjadi manusia yang perilakunya sesuai dengan keinginan Allah SWT. Mungkinkah kita menjadi orang yang bertauhid seperti yang diinginkan? Dengan berdoa dan memohon taufik dari-Nya Insya Allah kita bisa mencapai ke arah itu minimal pemahaman tauhid kita tidak melenceng dari rambu-rambu yang ditetapkan Allah.
Semua itu memerlukan pemahaman yang benar akan tauhid dari sumbernya yang autentik yaitu Alquran dan Sunah serta kitab-kitab tauhid yang diakui keabsahannya oleh ulama-ulama Islam dahulu dan sekarang.
Untuk mendapatkan pemahaman yang benar dari sumber ilmu yang autentik, maka perlu merujuk kepada pehamaman generasi teladan umat yaitu generasi salaf. Kelurusan dan keteladanannya dalam beragama dan beraqidah tidak diragukan lagi karena mereka mewarisi apa yang telah diajarkan Rasulullah saw.
Allah SWT telah memberikan penilaian terhadap generasi tersebut akan keteladanan dan keutamaannya dari umat-umat atau generasi-generasi lainnya. Allah SWT telah berfirman,
"Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf (baik)dan mencegah kepada yang mungkar (jahat) dan beriman kepada Allah." (Ali Imran: 110).
Demikian juga sabda Rasulullah saw,
"Sebaik-baik generasi ialah generasiku (generasi yang sejaman dengan Rasulullah saw yang dalam hal ini adalah sahabat ra), kemudian generasi sesudah mereka (generasi yang belajar Islam dari sahabat Nabi, dalam hal ini disebut generasi tabi'in), kemudian generasi yang sesudah mereka (generasi yang belajar Islam dari tabi'in, dalam hal ini disebut generasi tabi'it tabi'in) kemudian setelah itu datang pula kaum-kaum yang persaksiannya mendahului sumpahnya (yakni sudah banyak orang yang tidak bisa dipercaya sehingga memberi persakssian dan sumpah tanpa diminta dan persaksian serta sumpahnya itu palsu)." (HR Bukhari).
Jadi generasi umat yang dapat dijadikan suri tauladan adalah tiga generasi semenjak generasi Rasulullah saw sampai generasi tabi'it tabiin, yaitu:
- Generasi sejaman dengan Rasulullah saw: sahabat ra (generasi ayah).
- Generasi sesudah mereka: tabi'in (generasi anak).
- Generasi yang sesudah mereka : tabi'it tabi'in (generasi cucu), sampai abad ke-3 H.
Banyak sekali sumber-sumber rujukan ilmu agama yang telah diwariskan oleh generasi kaum salaf. Dan juga generasi sesudahnya yang mengikuti jejaknya yang lurus dan dapat dipercaya.
Akan tetapi di antara pemahaman yang lurus itu telah muncul pula pemahaman yang menyimpang yang menyebabkan umat Islam ini berpecah-pecah atau bergolong-golongan. Masing-masing dari golongan yang telah menyimpang itu juga mengklaim bahwa golongan sendirilah yang pemahamannya benar sedangkan yang lain salah. Maka benarlah apa yang telah disabdakan oleh Rasulullah saw,
"Umatku akan terpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Semuanya masuk neraka kecuali satu golongan." Ditanyakan kepada beliau: "Siapakah mereka, wahai Rasul Allah?" Beliau menjawab: "Orang-orang yang mengikutiku dan para sahabatku." (HR Abu Dawud, Tirmizi, Ibnu Majah, Ahmad, Darami, dan -Hakim).
Dengan memahami persoalan tersebut di atas, maka kita sadar bahwa setiap Muslim perlu mencari dan mendapatkan pemahaman agama yang banar dan lurus yang tidak dibelokkan oleh kaum yang bodoh dan menuruti hawa nafsunya serta kepentingan kelompoknya. Hanya atas petunjuk dan pertolongan Allah sajalah kita dapat mengikuti jejak Rasulullah saw di dalam beribadah kepada-Nya.
Maka dengan mengharap pertolongan, petunjuk, taufik dan hidayah-Nya di dalam rubrik ini kami berusaha menyajikan kepada pemahaman yang lurus sesuai dengan pemahaman salafussalih dari umat ini.
I. MUKADIMAH TAUHID
A. Tauhid Merupakan Dakwah Semua Rasul
Bahwa semua rasul yang diutus kepada umat manusia mempunyai kesamaan tujuan adalah sebuah aksioma yang mesti diketahui setiap Muslim. Hal itu dijelaskan dengan rinci oleh Allah SWT dalam firmannya di beberapa tempat dalam Alquran.
Firman Allah tentang rasul pertama, Nuh as,
"Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu ia berkat: 'Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selan-Nya. Sesungguhnya kalau kamu tidak menyembah Allah aku takut kamu akan di timpa azab hari yang besar (kiamat)." (Al-A'raf: 59)
Firman Allah menjelaskan tentang perkataan Hud as kepada kaumnya,
"Dan Kami telah mengutus kepada 'Ad saudara mereka Hud, ia berkata: 'Hai kaumku sembahlah Allah sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepadanya." (Al-A'raf: 65)
Firman Allah tentang perkataan Saleh as kepada kaumnya,
"Dan Kami telah mengutus kepada kaum Tsamud saudara mereka, Saleh. Ia berkata: 'Hai kaumku sembahlah Allah sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selan-Nya." (Al-A'raf: 73)
Firman Allah tentang perkataan Su'aib kepada kaumnya,
"Dan Kami telah mengutus kepada penduduk Madyan saudara mereka, Su'aib. Ia berkata, 'Hai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya." (Al-A'raf: 85)
Penjelasan Allah tentang diutusnya setiap rasul
"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): 'Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu." (An-Nahl: 36)
Penjelasan Allah tentang rasul-rasul sebelum Muhammad
"Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelum kamu, melainkan kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang Haq) melainkan Aku, maka sembahlah oleh mu sekalian akan Aku." (Al-Anbiya: 25)
Penegasan Rasulullah saw tentang tauhid
"Saya diperintahkan untuk memerangi manusia, sehingga mereka bersaksi bahwa tiada Tuhan yang Haq disembah selain Allah SWT dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah." (HR Bukhrai, Muslim).
Dari uraian di atas maka kewajiban seorang Muslim yang pertama dan utama adalah menauhidkan Allah SWT dan bersaksi bahwa Nabi Muhammad saw adalah utusannya, dengan menunaikan kewajiban-kewajiban yang dicakup oleh kalimat sahadatain itu.
Tauhid terbagi menjadi tiga macam:
- Tauhid Rububiyah
- Tauhid Uluhiyah
- Tauhid Asma dan Sifat
Firman Allah:
"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukan iman mereka dengan kezaliman (sirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk." (Al-Anfal: 82)
Abdullah ra ia berkata, "Ketika ayat ini turun kami berkata kepada Rasulullah saw, 'Wahai Rasulullah, siapakah di antara kami yang tidak menzalimi dirinya?' Beliau bersabda, 'Bukanlah maksudnya seperti yang kalian katakan (firman Allah: 'Yang tidak mencampuradukan iman mereka') maksudnya adalah syirik, tidakkah kalian mendengar perkataan Lukman kepada anaknya: 'Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar." (HR Bukhari, Muslim)
Dari Ubadah bin Shamit ra ia berkata Rasulullah saw bersabda, "Barang siapa bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah tiada sekutu baginya dan Muhammad adalah hamba dan Rasulnya, dan bahwa Isa as adalah hamba Allah dan Rasulnya, ia adalah kalimat-Nya yang dianugerahkan kepada Maryam sebagai ruh dari-Nya, dan bersaksi bahwa surga dan neraka adalah kebenaran yang haq, maka Allah akan memasukkannya kedalam surga dengan amalan apapun yang pernah ia kerjakan." (HR Bukhari, Muslim)
Hadits Itban ra meriwayatkan bahwa Allah mengharamkan neraka terhadap orang yang berkata, "Tiada Tuhan selain Allah dengan tujuan ikhlas karena Allah." (HR Bukari, Muslim)
Hadis-hadis di atas juga yang semisal dengannya menjelaskan keutamaan kalimat tauhid, tidaklah hanya sebatas ucapan yang dilafalkan mulut semata, namun ia memerlukan konsekwensi dari orang yang mengucapkannya. Karena tidaklah kaum Musrikin Quraisy dahulu tidak bisa melafalkannya tetapi mereka mengetahui konsekwensi jika mereka mengucapkan kalimat itu, tentunya hidahyah dan taufik Allah juga tidak masuk kepada mereka. Wallahualam